SUARA PEMBACA

Kampus Asing di Dalam Negeri, Prestasi?

Kapitalisasi ilmu pengetahuan telah menjadi ruh bagi paradigma pendidikan saat ini. tercermin dari tiga tujuan utama kebijakan kampus merdeka saat ini. Yaitu menghasilkan lulusan yang dapat pekerjaan dan gaji yang layak, dosen memahami kebutuhan masyarakat dan industri, serta menghadirkan kurikulum yang mengasah pemecahan masalah dunia industri.

Kalau begini dimana prestasinya? Bukankah para kapitalis dan asinglah yang akan panen raya SDM dan menikmati keuntungan ekonomi yang lebih besar, bukan masyarakat luas. Bukankah yang untung para konglomerat, dan semakin buntung masyarakat?

Pendidikan tinggi yang seharusnya mampu mencetak SDM unggul sehingga kebutuhan umat dapat terpenuhi, menghasilkan penemuan dan karya yang dapat dinikmati secara luas oleh masyarakat tanpa kompensasi tidak bisa lahir dari rahim pendidikan yang berideologi kapitalisme. Hanya bisa diwujudkan jika kita kembali pada paradigma pendidikan dalam Islam.

Hal ini sebagaimana tercata dalam tinta emas peradan Islam. Stategi pendidikan dalam Islam bukan hanya menghadirkan kemewahan intelektual, tetapi juga membentuk kepribadian islam pada diri kaum intelektual. Ridha Allah yang dicari, bukan hanya materi.

Intelektual sebagai problem solver, agent of change dan iron stock dengan berbagai keahlian akan dicetak secara massal oleh negara yang nantinya akan melayani kepentingan vital umat dan menjaga urusan-urusan umat. Seperti Al-Ghazali, Ibnu Ruysdi, Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, Al-Farabi, Al-Khawarizmi, dan Al-Firdausi.

Kekhilafah Islam telah berkontribusi besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban dunia. Hal ini karena mengikuti langkah Rasulullah Saw yang menaruh perhatian besar pada dunia pendidikan dan hal tersebut menjadi tanggung jawab negara.

Rasulullah Saw memberi syarat untuk tebusan tawanan perang Badar yaitu mengajarkan tulis menulis kepada 10 anak kaum muslimin. Apa yang dilakukan Rasul diikuti oleh para khalifah selanjutnya yaitu dengan membangun berbagai lembaga pendidikan mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi untuk meningkatkan pemahaman umat terhadap agama, sains, dan teknologi.

Dalam buku berjudul “What Islam Did For Us: Understanding Islam’s Contribution to Western Civilization” dinyatakan “The Wes’st Debt to Islam” atau hutang barat terhadap Islam mewakili pujian cendekia barat atas jasa dunia Islam yang berhasil mentransfer ilmu pengetahuan dari dunia Islam ke Barat pada zaman pertengahan (the Middle Ages) yang tak ternilai harganya dan tidak akan dapat pernah terbayarkan kapan pun.

Luar biasanya mercusuar Islam saat masa kegelapan eropa, orang-orang Barat secara bebas menerjemahkan karya-karya berbahasa Arab – tanpa perlu membayar Hak Cipta. Barat harusnya sadar, dan mengakui bahwa peradaban yang diperoleh saat ini adalah buah jasa para ilmuan dan penguasa muslim.

Muthiah Raihana S.TP, M.P., Pengajar Kewirausahaan di Al-Izzah, Batu.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button