OPINI

Karakteristik Pemimpin Ideal

Kepemimpinan di era kekinian sulit mencari yang ideal. Padahal sosok teladan itu sudah ada. Namun, sosoknya termarginalkan hanya dalam lingkup ibadah ritual. Sekadar mengenang tanpa meneladani dengan benar. Ada pemimpin nasionalis tapi berteman dekat dengan komunis. Ada pemimpin nasionalis tapi berkawan dengan kapitalis. Ada nasionalis sekaligus sekuleris. Ada pula pemimpin salih kharismatik tapi pemikirannya terkadang nyleneh abis.

Kini, wajah-wajah pemimpin itu makin banyak gaya dan gimmick. Ada yang bersujud ke manusia sambil menangis. Dan ada pemimpin sukanya marah dan jengkel karena anak buah yang tak becus wujudkan visi misinya. Entah siapa yang salah. Anak buahnya yang lola atau pemimpinnya yang lempar batu sembunyi tangan.

Di skala global, tak ada yang benar-benar meneladani kepemimpinan Nabi dan para shahabat. Umat Islam yang menempati 24% populasi dunia nyaris langka mencari pemimpin ideal. Karena para pemimpin itu hasil didikan kapitalis sekuler global. Tak heran bila 1,8 miliar penduduk muslim di dunia belum mampu melahirkan sosok pemimpin berkarakter sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah dan para shahabat.

Ada beberapa karakter yang harus dimiliki seorang pemimpin. Diantara karakter itu adalah empat sifat Rasulullah yang seringkali kita dengar.

Pertama, shiddiq. Shiddiq memiliki arti yaitu benar atau jujur. Sifat ini harus dimiliki seorang pemimpin. Pemimpin harus jujur dalam mengerjakan kewajiban yang menjadi tugasnya. Jujur saat ada masalah. Misal, negara memiliki utang banyak, ada kecurangan dalam pilpres, kinerja pemerintahan merosot. Semua ini harus jujur diungkapkan. Tidak boleh ditutupi atau dibuat seolah-olah negara tak punya masalah. Jujur lawan dari bohong.

Adalah Abu Bakar ash Shiddiq sosok pemimpin jujur. Itulah kenapa beliau diberi gelar ash Shiddiq. Saat terpilih menjadi Khalifah pertama, beliau berpidato sebagai sambutan atas kepercayaan umat membaiatnya. “Wahai manusia, sekarang aku telah menjabat pekerjaanmu ini, tetapi tidaklah aku orang yang lebih baik daripada kamu. Jika aku berlaku baik dam jabatanku, sokonglah aku. Namun, jika aku berlaku salah, tegakkanlah aku kembali. Kejujuran adalah suatu amanat, kedustaan adalah suatu khianat…., ” Itulah sepenggal pidato menggugah beliau.

Sejatinya, sistem demokrasi banyak melahirkan pemimpin dusta. Melalui politik pencitraan, mereka dibuat layak. Didandani agar pantas dipilih. Mereka menang karena seleksi buatan. Bermodal besar dan dikendarai partai politik yang memiliki banyak kepentingan. Mereka terpilih bukan karena kapabilitas dan kredibilitas.

Saat naik tahta, mereka lupakan janji. Pada akhirnya janji hanyalah pemanis. Rakyat dikibuli. Rakyat hanya dijadikan kantong suara pemenangan. Pemimpin dusta ini menyubur di sistem sekuler. Pemimpin dusta itu berbahaya. Bahaya untuk dirinya dan rakyatnya. Rasulullah memberi peringatan keras bagi mereka yang berdusta, “Siapa pun pemimpin yang menipu rakyatnya, maka tempatnya di neraka.” (HR. Ahmad)

Kedua, tabligh. Menurut bahasa, tabligh artinya menyampaikan. Sedangkan menurut istilah, tabligh adalah menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang diterima dari Allah SWT kepada manusia. Inti dari tabligh adalah amar ma’ruf nahi mungkar. Dakwah Rasul adalah bukti sifat tabligh yang melekat pada diri beliau. Beliau menyampaikan Islam kepada seluruh umat manusia. Tak takut celaan orang yang mencela. Teguh meski didera derita dari musuh-musuh Islam.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button