Masuk Ka’bah, Strategi Dahsyat Marketing Politik Jokowi
Kita bisa lihat dari broadcast yang sangat massif konten foto dan video Jokowi saat menjadi imam salat. Di beberapa alat peraga kampanye foto-foto itu dilengkapi dengan pesan “sesibuk apapun, jangan lupakan salat.”
Jokowi seperti penjelasan pimpinan FPI juga mencoba bertemu dengan Imam Besar Habib Rizieq Syihab. Namun permintaan itu ditolak.
Tim Jokowi tampaknya memiliki data yang akurat, kehadiran Ma’ruf Amin tidak bisa mendongkrak tingkat keterpilihannya di kalangan umat Islam. Karena itu sisi kesalehan Jokowi harus diangkat tinggi-tinggi. Umroh dan masuk ke dalam Ka’bah adalah jurus pamungkas.
Bahwa soal itu tidak etis, secara agama sangat tercela, hukumnya riya’, alias membangga-banggakan diri dalam beribadah, tampaknya tidak masuk dalam pertimbangan Jokowi dan timnya. Biarlah itu menjadi masalah privat Jokowi dengan Allah SWT.
Yang perlu kita soroti dari sisi kebijakan publik adalah penggunaan anggaran negara dimanfaatkan untuk kepentingan kampanye.
Dilihat dari rangkaian kegiatan Jokowi bertemu dengan Raja Salman, perjalanan ke Arab Saudi itu adalah kunjungan resmi. Dalam kapasitasnya sebagai kepala negara dia juga mendapat fasilitas kehormatan untuk masuk ke dalam Ka’bah bersama keluarganya.
Semua kepala negara/kepala pemerintahan yang beragama Islam mendapat privilege itu ketika melakukan umroh. Presiden Soeharto dan mantan PM Malaysia Najib Rajak sebelum jatuh, juga masuk ke dalam Ka’bah ketika melakukan umroh.
Benar seperti dibangga-banggakan pendukung Jokowi, hanya orang terpilih yang bisa masuk ke dalam benda yang menjadi arah salat umat Islam seluruh dunia itu.
Namun keistimewaan itu levelnya dunia, bukan urusan akhirat seperti yang dimaksudkan oleh pendukung Jokowi. Sebagai presiden, Jokowi benar merupakan orang terpilih. Namun untuk urusan ibadah, urusan langit hanya Allah SWT yang tahu.
Apa yang baik di mata manusia, belum tentu baik di mata Allah SWT. Begitu pula sebaliknya. Kita tidak berhak menghakiminya.
Kita tinggal menunggu sehari untuk membuktikan, apakah strategi marketing politik yang tergolong nekad itu berhasil menggaet pemilih muslim. The End.
Hersubeno Arief
sumber: hersubenoarief.com