#Bebaskan PalestinaLAPORAN KHUSUS

Pembebasan Palestina: Umar bin Khathab Hingga Abdul Hamid II

Shalahuddin dan tentaranya memperlakukan orang-orang Nasrani dengan kasih sayang dan keadilan yang agung, dan menunjukkan kepada mereka kasih sayang yang lebih dibanding yang diperlihatkan oleh pemimpin mereka. Sebuah pemerintahan yang dibangun di atas dasar Islam membuktikan bahwa orang-orang dari keyakinan berbeda dapat hidup bersama dengan damai dan tentram. Kenyataan ini terus ditunjukkan selama 800 tahun setelah Shalahuddin, khususnya selama pemerintahan Kekhalifahan Turki Utsmani.

Sultan Abdul Hamid II, Yahudi dan Palestina

Di berbagai wilayah Eropa, seperti Andalusia (Spanyo) dan Rusia, Yahudi terus mengalami tekanan yang hebat. Mereka diusir dan melarikan diri karena takut menghadapi proses inkuisisi. Mereka akhirnya menghadap ke Sultan di Istanbul. Oleh Sultan, Yahudi akhirnya diijinkan untuk menetap di Izmir, wilayah Adrianapole, kota Bursah dan kawasan-kawasan Utara dan Barat Anatolia.

Dr. Ali Muhammad Ash Shalabi dalam kitabnya Ad Daulah Al Utsmaniyah Awamil An Nuhudh wa Asbab As Suquth menjelaskan, di bawah pemerintahan Utsmani yang menerapkan syariah Islam, orang-orang Yahudi menikmati indahnya syariah Islam dan mendapatkan kebebasan luas. Selain mendapatkan perlindungan, mereka juga memperoleh kesejahteraan dan kemerdekaan yang sempurna. Bahkan sebagian dari mereka mendapatkan jabatan strategis dalam pemerintahan, seperti yang dialami oleh seorang Yahudi, John Joesef Nasi.

Namun, kebaikan pemerintahan Utsmani itu mereka balas dengan persekongkolan yang sangat jahat. Kelompok Yahudi Dunamah yang dibentuk oleh Syabtay Zivi melancarkan operasi untuk memuluskan rencana Bani Israel kembali ke Palestina.

Kelompok inilah yang memiliki andil besar dalam menghancurkan nilai-nilai Islam di tengah masyarakat dengan menyebarkan pemikiran kufur, freemasonry, menyerukan free sex, dan menggunakan Organisasi Persatuan dan Pembangunan (al Ittihad wa at Taraqqiy) untuk menyerang Kekhilafahan. Merekalah kelompok yang sangat memusuhi Sultan Abdul Hamid II dan berusaha menyingkirkannya. Orang-orang Yahudi Dunamah ini dianggap sebagai kelompok pertama dan pondasi bagi gerakan Yahudi Internasional.

Pemimpin gerakan Zionisme Internasional Theodore Hertzl setelah mendapatkan dukungan dari Inggris, Jerman dan Italia, berupaya untuk bisa menemui Sultan Abdul Hamid II.

Pada Juni 1896 M, Hertzl berhasil menemui Sultan Abdul Hamid II. Berbagai cara ia lakukan untuk mendapatkan persetujuan Sultan agar Yahudi bisa berpindah ke Palestina. Untuk memuluskan rencana itu, Hertzl menawarkan sejumlah harta. Tetapi, sebagaimana pengakuan Sultan dalam kitab Mudzakirat Sultan Abdul Hamid, karya Dr. Muhammad Harb, penawaran itu ditolaknya. Dalam isi suratnya kepada Hertzl, Sultan mengatakan, ”…tanah ini bukanlah milik saya, dia adalah milik bangsa dan rakyat saya.”

Hertzl kemudian menempuh berbagai cara untuk meluluhkan Sultan Abdul Hamid II. Meski demikian Sultan bergeming, hingga ia mengatakan: ”Sesungguhnya saya kehilangan harapan untuk bisa merealisasikan keinginan orang-orang Yahudi di Palestina. Sesungguhnya orang-orang Yahudi tidak akan pernah bisa masuk ke dalam tanah yang dijanjikan, selama Sultan Abdul Hamid II masih tetap berkuasa dan duduk di atas kursinya”.

Di luar itu Yahudi Internasional yang didukung oleh Inggris terus melakukan upaya penghancuran Turki Utsmani. Sebab mereka menyadari selama kekuatan Khilafah masih ada, upaya mereka akan sia-sia. Dengan berbagai cara akhirnya melalui seorang Yahudi bernama Musthafa Kemal Pasha, Kekhilafahan Turki Utsmani dihancurkan. Dengan demikian jalan menuju pencaplokan Palestina semakin mulus.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button