SUARA PEMBACA

Ramadhan, Momentum Tobat dan Taat

Syeikh ‘Abdul Aziz bin ‘Abdillah bin Baz pernah berkata, “Disyariatkan bagi seorang Muslim untuk menyambut bulan Ramadan yang mulia dengan melakukan tobat nasuhah (taubat yang sesungguhnya), mempersiapkan diri dalam puasa dan menghidupkan bulan tersebut dengan niat yang tulus dan tekad yang murni.”

Tobatnya seorang hamba tidak hanya menjadi penggugur dosa, tapi juga menjadi benteng maksiat. Sebab dosa dan maksiat akan menjadi penghalang kebaikan dan rida Allah Swt. Tentunya di bulan Ramadan kita berharap rida dan pahala dari Allah Swt. mengalir dari setiap ibadah yang kita lakukan.

Namun, tobat ini tidak hanya dilakukan individu saja tapi juga seluruh komponen bangsa ini. Khususnya para penguasa yang abai terhadap syariat-Nya. Diterapkannya sistem rusak sekularisme-kapitalisme dan derivatnya, terbukti menimbulkan berbagai kerusakan atas negeri ini.

Tingginya angka kriminalitas dan pengangguran, merebaknya riba, maraknya zina dan kaum pelangi, peredaran miras dan narkoba, tingginya kasus KDRT dan perceraian, wabah korupsi dan kemiskinan merupakan dampak dari buruknya penerapan sistem ini. Nyata, bahwa sekularisme-kapitalisme biang induk dari keburukan dan maksiat.

Sayangnya, alih-alih bertobat, penguasa justru semakin arogan. Berbagai kebijakan tega dan zalim terus saja mengemuka di tengah wabah. Mulai dari kebijakan tambal sulam jaring pengaman sosial yang ribet mekanisme dan syaratnya, enggan menurunkan harga BBM di saat harga minyak dunia anjlok, pembebas napi yang justru menimbulkan masalah kriminalitas baru, upaya pembungkaman terhadap berbagai kritik terhadap penanganan Covid-19 hingga yang terbaru penggunaan dana zakat untuk penanganan Covid-19. (kompas.com, 24/4/2020).

Berbagai kebijakan tersebut sejatinya merupakan solusi tambal sulam ala sekularisme-kapitalisme. Yang alih-alih menuntaskan masalah dan menyelamatkan rakyat, justru sebaliknya menambah ruwet dan menyengsarakan rakyat. Kebijakan tega dan zalim yang menambah daftar panjang kemaksiatan yang dilakukan penguasa.

Tentunya belum terlambat menjadikan Ramadan sebagai titik tolak taubat kolektif atas segala kemaksiatan dan pengabaian hukum Allah Ta’ala ini. Karena sejatinya berbagai problematika yang terjadi berakar dari diterapkan sistem jahiliah sekularisme-kapitalisme dan dijauhkannya aturan Allah Swt. dalam segala aspek kehidupan.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button