RESONANSI

Ketika Islam Menguat di Tanah Jawa: Sebuah Catatan Perjalanan

Alasan lainnya, sebagaimana yang dikutip Ustadz Arif dari Buya Hamka, Islam bisa menguat karena tersebarnya ulama ke Jawa setelah penyerangan Majapahit ke Kerajaan Samudra Pasai. Dan kita ketahui bahwa Pasai itu adalah gudangnya para ulama. Jadi sekalipun kalah, ulamanya bisa bebas berkelana.

Islamisasi Kebudayaan

Menyebarnya para ulama, habaib dan wali di bumi Nusantara –Jawa khususnya—membuat panji Islam semakin berkibar. Hebatnya, mereka bisa menerjemahkan Islam ke dalam bahasa masyarakat kala itu.

Ajaran Islam dikemas oleh para ulama dengan sederhana dan dikaitkan dengan pemahaman masyarakat setempat.

Ustadz Arif bercerita tentang Sunan Kudus, sosok Walisongo yang dikenal mampu menyelami serta memahami kebutuhan masyarakat. Ia memadukan unsur Islam dan unsur lokal yang ada.

Salah satunya adalah pelarangan masyarakat untuk menyembelih dan memakan daging sapi. Tujuannya agar menghormati kepercayaan Hindu bahwa sapi adalah hewan yang dimuliakan.

Orang pun berkumpul dan tertarik dengannya karena dianggap titisan dewa. Ia pun mulai berdakwah perihal surat bernama Al-Baqarah yang berarti sapi. Beliau pun mendesain Masjid Kudus yang dengan menggabungkan corak Hindu dan Islam.

Hal serupa juga saya temui saat mengunjungi Masjid Mataram Kotagede Yogyakarta (18/10).

Sebagaimana penjelasan Pak Sigit, tourguide kami saat di Yogya, bahwa saat membangun masjid itu, Panembahan Senapati tidak menghilangkan unsur Hindu-Budha yang saat itu menjadi agama setempat. Namun ia menyerap corak tersebut lalu diaplikasikan dalam nuasa Islam yaitu masjid. Ini bisa dilihat dari gapura yang berbentuk paduraksa sebagai ciri sebuah candi. Artinya, unsur kebudayaan mampu diterima oleh Islam selagi tidak menyinggung sendi tauhid.

Proses islamisasi kebudayaan juga ditampakan oleh Raden Patah, pendiri Kerajaan Demak. Sekalipun tidak dikenal sebagai Wali Songo, namun kedudukannya sebagai salah satu dari murid para wali yang ikut berperan dalam dakwah Islam tidak bisa diabaikan.

Kami mengunjungi Masjid Demak pada siang hari (14/10). Berziarah ke makamnya, mengenang berbagai jasa dakwahnya.

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button