Mau Pancasila atau Komunisme PKI?
Saya akan tulis singkat saja soal pilihan ideologi kita. Supaya mudah dipahami. Agar pilihan itu tidak abu-abu. Agar kita semua tidak ragu-ragu.
Pertama. Dengan segala macam insiden masa lalu, ternyata hari ini umat Islam telah memahami sepenuhnya status Pancasila sebagai landasan falsafah dalam berbangsa dan bernegara. Insiden masa lalu itu tidak perlu kita uraikan di sini.
Mengapa tak perlu? Karena insiden-insiden itu tidak mewakili sikap mayoritas umat Islam. Terus, berbagai insiden masa lalu itu menyimpan jejak-jejak rekayasa. Ada konspirasi jahat untuk memojokkan umat Islam dari waktu ke waktu.
Intinya adalah bahwa sebagian elemen umat, waktu itu, masih berayun seperti pendulum. Ibarat proses “soul-searching” yang belum selesai. Proses pencarian landasan ideologi yang belum tuntas pada masa itu.
Sekarang, pendulum ideologi itu telah berhenti di satu titik yang stabil. Titik itu adalah Pancasila. Semua penumpang kapal besar Indonesia, dengan keberagaman yang sifatnya eksternal dan internal, kultural dan spiritual, kini rela dan senang beridentik dengan Pancasila. Alhamdulillah.
Kedua. Ada ideologi komunisme yang dianut, disuburkan, dan kemudian dipemer-berontakkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Setidaknya ada tiga kali pemberontakan PKI. Satu kali di era kolonial (1926) dan dua kali di era pasca-kemerdekaan (1948 dan 1965). Menurut para sejarawan lain, pemberontakan itu sudah lima kali berlangsung.
Soal berapa kali, tidak begitu relevan. Yang teramat penting dicatat adalah bahwa penghadang terbesar pemberontakan komunisme itu adalah umat Islam.
Ketiga. Dalam beberapa hari ini, tokoh senior kubu Jokowi, yaitu Hendropriyono, mengeluarkan pernyataan yang provokatif bahwa pilpres kali ini adalah pertarungan antara ideologi Pancasila dan Khilafah. Tentunya sangat mudah dibaca bahwa yang dia maksud Pancasila itu adalah Jokowi; dan yang dimaksudkan Khilafah itu adalah Prabowo Subianto (PS).
Dalam statemen tegas di acara debat keempat capres malam tadi (30/3/2019), Prabowo mengatakan Pancasila sudah final. Semua elemen umat Islam juga tidak ada masalah dengan Pancasila. Sehingga, pernyataan provokatif Hendropriyono sama sekali tidak relevan.
Lantas pertarungan apa yang relevan untuk dikaitkan dengan pilpres 17 April?.