MUHASABAH

Catatan Akhir Tahun Seorang Ibu

Terpaksa kembali pada pola autopilot. Umat berjuang sendiri, berjibaku, untuk bertahan hidup menghadapi virus serta masalah turunan yang muncul akibat terdampak pandemi. Salah satunya dengan adanya peningkatan angka perceraian. Diprediksi akan terus terjadi di tahun 2021. Sekitar 76% kasus baru, diajukan perempuan. Di tengah pandemi, perceraian naik signifikan dibanding tahun 2019.

Menuju akhir tahun, semakin penuh dengan kejutan, di antaranya adalah tatkala DPR mengesahkan RUU Omnibus Law Cipta Kerja menjadi UU, pada tengah malam tanggal 5 Oktober 2020. Keputusan yang dinilai merugikan, tak ayal membuat para buruh dan berbagai elemen masyarakat menggelar aksi besar-besaran menolak Omnibus Law, di berbagai kota.

Tak berhenti sampai di situ, karena kemudian disusul dengan penangkapan para ulama yang membuat hati umat semakin cedera. Warosatun anbiya yang selama ini menjadi tumpuan harapan umat justru dipersekusi dan dibatasi ruang geraknya. Dakwah Islam semakin sempit, nyaris tidak mendapat ruang.

Potret buram sepanjang tahun 2020. Dari sekian banyak masalah, tampak bahwa negara tidak mampu pasang badan bagi seluruh permasalahan umat. Negara berjarak dengan rakyatnya. Bahkan berhadap-hadapan layaknya seteru. Tidak memberi solusi, malah melahirkan kebijakan yang tidak bijak atau berujung jeruji.

Hal ini juga berpengaruh pada ibu. Fakta yang terjadi di sepanjang tahun membuat ibu tidak mampu bertahan. Seseorang yang dianugerahi kasih sayang dan kelembutan, malah tega menyakiti darah dagingnya sendiri, bahkan membunuhnya. Terjadi di Nias, ketika seorang ibu membunuh ketiga anaknya.

Kemiskinan dianggap sebagai penyebab hilangnya naluri keibuan. Padahal, sesungguhnya ia bukanlah akar masalah. Aktor utama yang layak dijadikan tertuduh adalah sistem kehidupan batil yang telah melahirkan banyaknya keluarga miskin, yaitu sistem sekularisme.

Dengan landasan fashludin anil hayah, memisahkan agama dari kehidupan. Maka pengaturan urusan umat, tidak lagi menggunakan aturan agama. Negara membuat aturan sendiri, hingga gagal mendistribusikan keadilan dan kesejahteraan pada rakyatnya.

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya

Artikel Terkait

BACA JUGA
Close
Back to top button